BAB II
PEMBAHASAN
A. Hadits yang Berkaitan Dengan Kikir
Artinya:
“Hadis Mahmud bin Ghailan, hadis waki’, hadis Sufyan dari Abdul Malik
bin Umair dari Zaid bin ‘Uqbah dari Samirah bin Jundab berkata
Rosulullah saw. Bersabda sesungguhnya masalah pada seorang yang kikir
terhadap harta kecuali seorang sultan dalam memimpin diwajibkan meminta
hartanya diwajibkan darinya Abu Isa berkata hadis ini hadis Hasan
Shahih.”
B. Penjelasan Hadits
Kikir (bakhil) adalah
sifat tercela dan kadang-kadang sampai kepada dosa. Bakhil alias Kikir
alias Pelit alias Medit adalah satu penyakit hati karena terlalu cinta
pada harta sehingga tidak mau bersedekah. Kikir dalam bahasa arab
"Bakhil" dan menurut istilah sifat seseorang yang amat tercela dan hina,
tidak hendak mengeluarkan harta yang wajib di keluarkan baik dalam
ketentuan agama seperti zakat, nafkah keluarga atau menurut ketentuan
prikemanusian seperti sedekah, infak, dan hadiah.
Al-Jurjani dalam
kitab At-Ta’rifat (1988: 42) mendefinisikan bakhil dengan menahan
hartanya sendiri, yakni menahan memberikan sesuatu pada diri dan orang
lain yang sebenarnya tidak berhak untuk ditahan atau dicegah, misalnya
uang, makanan, minuman, dan lain-lain.
Dalam Tafsir Al-Maraghi Jilid
IV (1993: 257) disebutkan bahwa bakhil adalah tidak mau menunaikan
zakat dan enggan mengeluarkan harta di jalan Allah. Hal ini sejalan
dengan makna bakhil yang diutarakan oleh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi
dalam Kitab Tafsir Al-Aisar Jilid I (1992: 416), bahwa orang yang bakhil
adalah orang yang memiliki harta tapi mereka pelit untuk menginfakkan
hartanya.
Memang orang-orang yang bakhil itu selalu beranggapan bahwa
apa yang mereka lakukan adalah hal yang terbenar dan terbaik. Dan
sangat jelas bagimana ancaman Allah terhadap para orang-orang yang
kikir. Harta yang menjadi penyebab kebakhilan mereka akan kalungkan di
leher-leher mereka kelak pada hari kiamat.
Bakhil memang merupakan
sifat yang sangat berbahaya dan menakutkan. Sehingga ia bisa
menggagalkan seseorang yang mati berperang di jalan Allah (jihad) untuk
mendapatkan predikat Syahid. Hal ini pernah terjadi pada masanya
Rasulullah. Suatu ketika seorang sahabat tewas di dalam medan
pertempuran hingga banyak orang yang menangisinya, termasuk seorang
perempuan yang selalu merintih-rintih dan beranggapan dia akan masuk
surga karena mati membela agama Allah (Syahid). Mengetahui ini
Rasulullah langsung berkata kepada perempuan itu “Bagaimana engkau tahu
kalau dia ini seorang yang Syahid? Karena bisa jadi semasa dia hidup
pernah berbicara hal-hal yang tidak berguna bagi dirinya atau ia berlaku
kikir terhadap harta yang sebenarnya tidak menjadikan ia kekurangan”.
Rasulullah
sangat khawatir sekali akan dihinggapi sifat tercela ini. Sampai beliau
tidak pernah sekalipun menolak permintaan orang lain. Bagi beliau
seorang mukmin yang benar-benar beriman adalah orang yang di dirinya
tidak memiliki perasaan kikir. Bahkan Allah lebih senang terhadap orang
yang sangat bodoh tetapi mempunyai sifat dermawan dari pada orang yang
khusyu’ beribadah namun memelihara perbuatan bakhil.
Islam menganggap bakhil sebagai perbuatan dosa besar. Hal ini telah dijelaskan oleh Al-Qur’an :
“Sekali-kali
janganlah orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada
mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi
mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang
mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat.
Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi.
Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. 3 : 181)
Agama
Islam menganggap harta yang berada dalam pangkuan manusia adalah harta
kepunyaan Allah yang dianugerahkan oleh-Nya kepada mereka. Harta
tersebut sebagai titipan agar dibelanjakan untuk kepentingan pribadinya
dan untuk orang-orang yang berhak menerimanya. Tidak mau memberikan
sebagian harta tersebut berarti penimbunan terhadap barang titipan dan
mencegah fungsi yang sebenarnya, yaitu agar beredar di tangan
masyarakat. Tentu saja hal ini akan mempunyai dampak negatif terhadap
pemilik harta itu sendiri.
Dampak Dari kikir
Tercantum dalam Q.S ali-imron ayat 180:
وَلَا
يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آَتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ
هُوَ خَيْرًا لَهُمْ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا
بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya : “Dan
jangan lah orang-orang yang kikir dangan apa yang telah dikaruniakan
Allah kepadanya mengira bahwa kekiran itu baik bagi mereka kelak harta
yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan dilehernya dihari kiamat dan
kepunyaan Allah segala pusaka yang dilangit dan di bumi dan Allah
menetahui apa yang kamu kerjakan”.
Dalam ayat di atas ditegaskan
bahwa sifat kikir itu perbuatan tercela dan kelak mereka juaga akan
memdapatkan belasan dari perbuatan mereka sendiri karena harta yang
tidak dinafkahkan dijalan Allah akan dikalungkan diakhirat nanti. Maka
jangan beranggapan bahwa kekikiran menguntungkan harta benda orang kikir
beranggapan bahwa menyimpan harta untuk dirinya sendiri itu baik, Akan
tetapi secara tidak sadar mereka telah di perbudakkan oleh harta itu
sendiri
Orang yang kikir ini juga akan menyebabkan malapetaka yang
besar terhadap suatu masyarakat karena penyakit ini bisa menanamkan rasa
dengki dan iri hati dalam jiwa. Sebagimana tercantum dalam Q.S Al-Lail
Ayat 8-11:
وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى (8) وَكَذَّبَ
بِالْحُسْنَى (9) فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى (10) وَمَا يُغْنِي عَنْهُ
مَالُهُ إِذَا تَرَدَّى (11)
Artinya :“Adapaun orang yang kikir
dan meras dirinya merasa serba kecukupan dan mendustakan dengan kebaikan
maka kami akan mudahkan dia kejalan yang payah dan hartanya tidak akan
menolong dia apabila dia terjerumus”
Pada ayat di atas Allah
menerangkan bahwa harta yang di tumpuk-tumpuk dan yang dikikirkan itu
tidak akan berguna baginya apabila telah mati, tidak akan ada yang
dibawanya kedalam liang kubur dan Allah akan menyediakan mereka jalan
yang sulit.
Dan suatu hadits yang diriwayatkan Muslim yang diterima
Jabir bin Abdullah yang Artinya :“Dan takutlah kalian semua pada
perbuatan aniyaya sesunguhnya aniyaya itu merupakan kegelapan pada hari
kiamat nanti dan takutilah kami bersikap kikrir sesunguhnya kekikiran
itu telah menghancurkan orang-orang sebelum kamu sikap kikir itu telah
membawa mereka pada pertumpahan darah ( diantara mereka )”.
Dalam
hadits diatas Nabi mengingatkan kepada kita agar jangan saling berbuat
aniaya dan bersikap kikir. Karena sikap kikir hanya akan menimbulkan
kehancuran saling membunuh dan saling melanggar larangan umat terdahulu
Allah
memberikan pada orang kikir supaya merubah cara mereka berpikir dan
Allah SWT, telah memberi mereka banyak karunia baik berupa harta, ilmu,
kemegahan, maupun macam-macam kedunian lainnya, akan tetapi setelah
karunia itu diterimanya justru dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dia
enggan memberikan sedekahnya untuk orang lain.
Dalam sebuah hadits Rasul menegaskan bahwa orang yang kikir tidak akan masuk surga.
لا يدخل الجنّة حبّ ولابحيل وسيءالملكة
Artinya
: “Tidak akan masuk surga orang –orang yan menipu, bakhil (kikir) dan
orang-orang yang buruk mengurus miliknya “( H R Tirmidzi ).
Riwayat
lain yang Artinya : “Dan orang-orang yang bakhil (kikir) itu jauh dari
alloh, jauh dari manusia, jauh dari surga dan dekat pada neraka”. ( H R
tirmidzi ).
7 bencana bagi orang yang kikir:
1. Bila ia mati
maka hartanya akan diwarisi oleh orang yang tidak mau membelanjakan dan
mendermakan hartanya di jalan yang diperintahkan Allah.
2. Hartanya dirampas oleh penguasa kejam, sesudah menghina dirinya terlebih dahulu.
3. Dibangkitkan nafsu syahwatnya, sehingga semua hartanya habis.
4. Diusulkan untuk membangun gedung di tempat yang rawan sehingga menyebabkan hartanya lenyap.
5. Tertimpa bencana dunia, seperti banjir, kebakaran, perampokan dan sebagainya.
6. Terkena penyakit kronis sehingga hartanya habis untuk biaya pengobatan.
7. Menimbunnya di tempat sehingga ia lupa dan tidak bisa menemukannya kembali.
Penanggulangan dari Sikap Kikir
Semua
masalah pasti ada solusinya/penagulanganya, baik itu lahir maupun
batin, kikir adalah salah satu masalah yang merusak ketentraman jiwa
seseorang. Oleh sebab itu sifat kikir jangan di biarkan berturut-turut.
Ada beberapa penawar yang dapat menyembuhkan seeorang dari sifat kikir.
a) Keyakinan dibawah segala sesuatu itu milik Allah sempat tercantum dalam Q.S Ali-Imron ayat 109:
وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُور
Artinya
: “Kepunyaan Allah ialah segala yang ada di langit dan di bumi, dan
kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan”. Ketika seeorang telah
merasa bahwa segala sesuatu milik Allah maka ia tidak merasa memiliki
terhadap benda andi kata ia diberi keleluasaan rizki oleh Allah maka
hatinya akan terorong untuk bersodaqoh.”
b) Banyak bersyukur atas nikmat yang Allah berikan seperti tercantum dalam Q.S ibrahim ayat 7:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Artinya
: “Sesunguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah nikmat
kepadamu dan jika kamu menginkari (nikmat-Ku) maka sesunguhnya azab-Ku
sangat pedih”.
Dalam ayat di atas di jelaskan bahwa
konsekwensinya jika seorang menyukuri nikmat Allah (menginfakan harta di
jalan Allah). Maka Allah memberi tambahan yang lebih baik. Namun
apabila mengingkarinya maka ingatlah sesunguhnya azab Allah sangat
pedih. Selanjutnya orang yang senantiasa bersyukur hidup akan merasa
berkecukupan dengan apa yang diberiksan.
c) Adanya motivasi untuk bersodaqoh
Kita Memahami Sebuah Ayat Yang Tercantum Dalam Q S Al- Baqoroh ayat 261.
مَثَلُ
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ
حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِئَةُ حَبَّةٍ
وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya
: “Perumpamaan orang-orang yang meninfakan hartanya di jalan Allah
adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir pada
setiap butir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa
yang ia khendaki. Dan Allah Maha luas karuni-Nya lagi Maha Mengetahui”.
Jadi
perbandingan harta yang di infakan di jalan allah itu 1 : 700. Jadi
teman-teman yang kami cintai ini boleh dikatakan motivasi dari Allah
agar kita rajin sodaqoh. Walaupun tujuan utama kita beramal bukan pahala
dan takut siksa melainkan mengharap Ridho Allah SWT.
Nasib si Kikir
Sebagaimana ditetapkan di dalam “Al Jami‘ul Khabir” dari Abdullah bin
Jarad bahwa Rasulullah telah bersabda:”Di dalam surga ada sebatang pohon
yang bernama “sakhaa ” yang berbuah “sakhaa” dan di neraka pohon
“syahhu ” yang berbuah “syahhu” dan tidak akan masuk surga orang yang
kikir.
Banyak contoh tentang kehancuran orang-orang yang bakhil.
Salah satunya adalah Qarun sebagai raja kebakhilan yang pernah muncul
di muka bumi ini. Di mana Allah akhirnya menenggelamkannya beserta
pengikut dan hartanya. Kisah detailnya bisa dibaca dalam Al-Qur`an pada
surah Al-Qashash. Hal ini perlu kita cermati sebagai pelajaran bahwa
bakhil dapat membawa kehancuran di dunia dan di akhirat.
Kebinasaan yang akan ditimpa oleh orang-orang yang kikir tidak hanya di
akhirat saja, bahkan Allah SWT menyegerakan azab bagi mereka di dunia.
Perhatikan sabda Rasulullah SAW berikut ini:
“Tidaklah suatu kaum
mencegah dari memberikan zakat kecuali Allah akan menimpakan bala’
kepada mereka dengan paceklik.” (HR Ath Thabarani)
C. Fiqhul Hadits
Hadits di atas menjelaskan mengenai adanya larangan perbuatan kikir.
Pada dasarnya harta punya sifat yang saling bertolak belakang.
Kadang-kadang dapat menyelamatkan pemiliknya, namun tak sedikit pula
mencelakakan. Oleh sebab itu Islam telah mengatur bagaimana caranya
seorang muslim dapat memanfaatkan harta yang dimilikinya itu agar
berguna bagi kehidupan dunia dan akhirat. Belumlah lengkap jika harta
itu hanya dinikmati untuk kepentingan duniawi dan sama sekali tak
berpengaruh pada kehidupan akhirat. Keduanya harus mendapat porsi yang
seimbang.
Harta adalah karunia Allah SWT. Meskipun tidak sedikit
orang yang menganggap harta itu miliknya sendiri ia merasa kerja keras
untuk mendapat harta itu. zaman sekarang banyak sekali orang yang
mendewa-dewakan hartanya dan itu termasuk sikap tercela termasuk
perbuatan-perbuatan kikir. Larangan kikir di jelaskan pada surat Al-Lail
ayat 8-11 dan Al-Hasyr ayat 9.
Perbuatan kikir dapat di sebabkan beberapa faktor:
1. Karena hartanya merasa milik sendiri
2. Karena takut harta mereka berkurang
3. Tidak punya rasa kasih sayang
4.
Merasa dirinya lebih dari orang lain padahal kikir tidak bisa dibiarkan
berturut-turut karena cepat maupun lambat akan merugikan bagi dirinya
sendiri maupun orang lain jadi sikap kikir di larang dalam agama.
Sangatlah beruntung orang kaya yang mampu mengendalikan harta
kekayaannya. Dimanfaatkan untuk jalan kebaikan, gemar bersedekah,
berzakat, menunaikan ibadah haji, infak, menyantuni yatim piatu dan
sebagainya. Semakin banyak hartanya semakin sering pula ia bersyukur
pada Allah. Ibadahnya pun jadi lebih tekun. Orang-orang yang demikian
ini sadar kalau harta yang didapatkan semata-mata karena kemurahan Allah
sehingga dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
Secara bijaksana
al-Qur'an telah menginformasikan suatu larangan berdimensi sosial untuk
kesejahteraan manusia agar harta tidak hanya dimiliki oleh segelintir
orang saja. Larangan dalam pembelanjaan harta, larangan bersikap
kikir/bakhil dan menumpuk harta. Kesadaran untuk membantu penderitaan
yang dialami orang-orang yang kekurangan sangat mendapatkan porsi yang
besar di dalam Islam.
Banyak kerugian yang akan dialami oleh orang-orang yang kikir kerugian tersebut antara lain:
1. Kerugian dialami oleh hati
Orang yang kikir tak pernah merasakan lapangnya dada, atau puasnya hati
saat memiliki. Panasnya hati saat berambisi terhadap sesuatu yang belum
dimiliki, melalaikan dirinya dari kebahagiaan yang mestinya dia rasakan
karena telah memiliki sesuatu yang bisa dinikmati. Derita ini tidak
pernah berkurang kadarnya, meski dia telah berhasil meraih ambisinya.
Karena sifat tamaknya segera mengalihkan pandangannya kepada kenikmatan
lain, sebelum dia sempat menikmati hasil jerih payahnya. Jika
keberhasilannya meraih tujuan tak bisa membuat hati menjadi nyaman dan
tenang, lantas bagaimana jika usahanya menemui jalan buntu, betapa
hatinya makin terbakar karenanya. Sungguh beruntung, jiwa yang terhindar
dari kikir dan bakhil.
2. Miskin teman dan renggangnya hubungan kekerabatan
Orang yang kikir akan dijauhi, karena tak ada untungnya bergaul dengan
orang yang kikir dan bakhil. Ambisi dan sifat rakusnya bahkan
membahayakan siapapun yang dekat dengannya. Hartanya terancam,
kehormatannya teranacam, bahkan terkadang nyawa juga tak aman dari
ancaman. Karena orang yang kikir hanya peduli dengan dirinya sendiri,
dan tidak memikirkan kepentingan orang lain. Nabi SAW bersabda,
”Jauhilah oleh kalian sifat kikir (syuhh). Karena sifat itulah yang
membinasakan orang-orang sebelum kalian. Sifat kikir menyuruh mereka
berlaku zhalim, maka merekapun berlaku zhalim. Kikir menyuruh mereka
memutus kekerabatan, merekapun memutusnya.” (HR Abu Dawud)
Harta
yang mestinya berfaedah menenangkan jiwa, juga mengikat sahabat dan
kerabat, justru menjadi petaka bagi orang yang bakhil. Padahal
persahabatan, persaudaraan dan kekerabatan adalah faktor penting yang
mendukung kebahagiaan dan ketenangan. Jauh lebih penting dari sekedar
mempertahankan harta dan menimbunnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kikir
(bakhil) adalah sifat tercela dan kadang-kadang sampai kepada dosa.
Bakhil alias Kikir alias Pelit alias Medit adalah satu penyakit hati
karena terlalu cinta pada harta sehingga tidak mau bersedekah. Kikir
dalam bahasa arab "Bakhil" dan menurut istilah sifat seseorang yang amat
tercela dan hina, tidak hendak mengeluarkan harta yang wajib di
keluarkan baik dalam ketentuan agama seperti zakat, nafkah keluarga atau
menurut ketentuan prikemanusian seperti sedekah, infak, dan hadiah.
Sifat kikir sangatlah di larang oleh Allah karena tidak ada hal positif
yang di timbulkan dari sifat tersebut. Kikir malah akan menyengsarakan
baik di dunia dan di akhiratnya. Sesungguhnya harta itu kan milik Allah,
kita sebagai manusia hanyalah dititipkan harta tersebut agar dapat
memanfaatkannya di jalan yang benar. harta yang di tumpuk-tumpuk dan
yang dikikirkan itu tidak akan berguna baginya apabila telah mati, tidak
akan ada yang dibawanya kedalam liang kubur dan Allah akan menyediakan
mereka jalan yang sulit.
Sikap kikir hanya akan menimbulkan
kehancuran saling membunuh dan saling melanggar larangan umat terdahulu.
Allah memberikan pada orang kikir supaya merubah cara mereka berpikir
dan Allah SWT, telah memberi mereka banyak karunia baik berupa harta,
ilmu, kemegahan, maupun macam-macam kedunian lainnya, akan tetapi
setelah karunia itu diterimanya justru dimanfaatkan untuk dirinya
sendiri dia enggan memberikan sedekahnya untuk orang lain.
Dampak yang ditimbulkan dari sifat kikir tersebut antara lain:
1. Kerugian dalam hati
2. Miskinnya teman dan renggangnya hubunga kekerabatan
3. Tidak akan masuk surga
DAFTAR PUSTAKA
Abi Zakaria Yahya bin Syarof an-Nabawi,Al-Imam.1994.Riyadhus Shalihin.Jakarta:Pustaka Amani
Hamzah
Al-Husaini Al-Hanafi Ad-Damsyiqi, Ibnu.2003.Asbabul Wurud 3, Latar
Belakang Historis Timbulnya Hadits-hadits Rasul.Jakarta:Kalam Mulia
http://langitan.net/wp-content/themes/for-langitan/images/bg-stripe.png, di unduh pada 10 November 2012
http://s6.scribdassets.com/favicon.ico, di unduh pada 8 November 2012
http://f4tu.blogspot.com/2009/08/larangan-kikir.html, di unduh pada 10 November 2012
http://0.gravatar.com/blavatar/8b558f3bb3eaa12fafc6a3248d4a8e6b?s=16, di unduh pada 10 November 2012
http://van-explore.blogspot.com/favicon.ico, di unduh pada 22 November 2012
http://media-islam.or.id/wp-content/themes/atahualpa/images/mediaislam.ico,di unduh pada 22 November 2012
Selasa, 28 Mei 2013
Larangan Kikir
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar